Karakteristik Parameter Kimia Perairan Estuari Di Negeri Poka Draf
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kondisi perairan
estuari yang merupakan tempat sumber makanan yang cukup tinggi di ekosistem perairan estuari, sifat kimia estuari
yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali
menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Parameter kimia
perairan estuari disuatu perairan dipengaruhi oleh beberapa kondisi lingkungan
meliputi dari kondisi pasang surut air laut, banyaknya masukan air laut
kedaerah estuari dan, buangan limbah industri dan domstik. Parameter kimia
pengukuran sedimen, pH, DO, suhu, dan salinitas di daerah estuari Negeri Poka bertujuan
dan bermanfaat untuk:
1.1.
Tujuan
·
Mempelajari cara pengukuran
sedimen, pH, DO, suhu, dan salinitas di lapangan dan di Laboratorium
·
Mempelajari faktor yang mempengaruhi kondisi perairan
estuari, dan
·
Mempelajari karakteristik perairan estuari
1.2.
Manfaat
·
Mengetahui kondisi parameter kimia perairan estuari di
Negeri Poka
·
Mengetahui dan menginterprestasikan karakteristik kimia
perairan estuari di Negeri Poka meliputi: pH, DO, suhu, salinitas, dan karakter
sedimen.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Lokasi
Praktikum pengambilan sampel dilakukan
pada tiga titik yang berbeda yang dilaksanakanpada :
Hari/Tanggal : Jumat, 11
Agustus 2017
Waktu : 09.00 WIT
Tempat : Perairan Pantai Negeri Poka, Ambon –
Maluku
Praktikum pengukuran sampel berupa
nilai DO, pH, CD dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Jumat ,
11 Agustus 2017
Waktu : 12.41 WIT
Tempat : Laboratorium
Ekologi-Biologi Program Studi Ilmu
Kelautan – FPIK – Unpatti Ambon – Maluku
2.2. Alat dan
Bahan
No
|
Alat dan bahan
|
Volume
|
Kegunan
|
Di lapangan
|
|||
1
|
Core Sedimen
|
1 Buah
|
Mengambil sedimen
dan air sampel
|
2
|
Sekop
|
1 Buah
|
Menggali substrat
|
3
|
Koret
|
2 Buah
|
Menggali substrat
|
4
|
Botol sampel hitam
|
6 buah
|
Tempat air sampel
|
5
|
Alat tulis dan
camera
|
2 Set
|
Mencatat dan
mendokumentasikan hasil pengamatan
|
6
|
Rol
|
1 buah
|
Membuka Core Sedimen
|
7
|
Plastik dan Karet
gelang
|
3 Buah
|
Tempat sedimen
|
8
|
Rol Meter
|
1 Buah
|
Mengukur dan menentukan jarak pengamatan
sampel
|
Di Laboratorium
|
|||
9
|
Sampel air
|
3 sampel
|
Sampel air untuk
analisa parameter kimia
|
10
|
Sampel sedimen
|
2 sampel
|
Sampel sedimen
untuk analisa parameter kimia
|
11
|
Cabel slot suhu
dan cabel slot parameter
|
2 buah
|
Indikator
pengantar Kapasitor ke server monitor analisis
|
12
|
PH/ORP, DO, CD/TDS meter
|
1buah
|
Menentukan pH,
DO salinitas, suhu,
|
15
|
Cairan
Probe-Fillyng Electrolyle Ocel
|
1 botol
|
Membuat kondisi
normal oksigen pada monitor analisis
|
16
|
Cairan kalibrasi
|
1 botol
|
Membuat kondisi
normal salinitas pada monitor analisis
|
17
|
Air aqua gelas
|
3 gelas
|
Membuat kondisi
normal pH pada
monitor analisis
|
2.2. Prosedur
Kerja
Proses pengambilan
sampel dilakukan dalam beberapa tahap yang pertama dilapangan kemudian
dilakukan pengamatan lanjutan di laboratorium.
a. Lapangan
Setelah menentukan lokasi praktek maka ditentukan lokasi titik
pengambilan sampel. Penentuan pengambilan sampel menggunakan Rol Meter dengan cara mengambil jarak 15 meter
kearah hulu sungai secara horizontal dengan batas awal yang telah ditentukan
dari kelompok sebelumnya. Kemudian menentukan 3 titik pengambilan sampel air
dan sedimen dengan cara menentukan titik pertama di sebelah sisi kanan sungan
dan titik 2 disebelah sisi kiri sungan dan yang terakhir titik 3 di tengah
sungai. Contoh pada gambar 2. Pengambilan sampel air menggunakan alat bantuan
sekop untuk sebelah sisi kanan dan kiri sedangkan dititik 3 menggunakan Core
Sedimen. Kemudian setelah menggali lubang menggunakan sekop dan koret pada
titik 1 dan 2, air sampel diambil dan di masukan kedalam botol sampel
Gambar 2. Sekema
pengambilan sampel di Lapangan
Mengambil sedimen dan air sedimen di
titik 3 menggunakan alat bantu Core Sedimen dengan cara menancapkan Core
Sedimen kebadan sungai kearah vertikal dengan kedalaman + 30 cm, setelah
ditancapkan maka Core Sedimen di angkat keatas, kemudian air dan sedimen
didalamnya di pindahkan kedalam botol dan plastik sampel untuk dianalisa lanjut
di labolatorium.
a. Laboratorium
Air dan sedimen
sampel yang telah diambil dilapangan kemudian dianalisa di gan menggunakan alat
PH/ORP, DO, CD/TDS meter.
Pengukuran
DO (Dissolved Oksigen)
1.
Kalibrasi
alat DO dengan cairan Probe-Fillyng Electrolyle Ocel yang telah disediakan
dengan cara dimasukan ke dalam botol selama beberapa detik.
2.
Menyambungkan
slot kabel DO ke slot output PH/ORP, DO, CD/TDS meter dan
mengaktifkan alat tersebut membuat ke kondisi normal.
3.
Alat
DO yang telah dikalibrasi kemudian dimasukan ke dalam botol yang berisi sampel
air (titik 1) selama beberapa saat sampai nilai yang tampil di monitor PH/ORP, DO, CD/TDS meter kemudian dicatat hasilnya.
4.
Alat
DO dikeluarkan dari botol sampel kemudian dibilas menggunakan aquades
(dicelupkan) dan dikeringkan serta dikalibrasi kembali untuk mengukur suhu dan
DO, langkah
tersebutdilakukan untuk
botol sampel ke 2 (titik 2) dan 3 (titik 3).
5.
Setelah
selesai untuk pengukuran DO, alat DO dibilas dan dikeringkan menggunakan tissue
kemudian disimpan.
Pengukuran CD (Conduktivity) /
Salinitas
1.
Menyambungkan
slot kabel CD dan suhu ke output alat PH/ORP, DO, CD/TDS meter membuat ke kondisi
normal
2.
Alat
CD yang telah disambungkan kemudian dimasukan ke dalam botol yang berisi sampel
air (titik 1) selama beberapa saat sampai nilai yang keluar pada alat PH/ORP, DO, CD/TDS meter tampil di monitor kemudian dicatat hasilnya.
3.
Alat
CD dikeluarkan dari botol sampel kemudian dibilas menggunakan aquades
(dicelupkan) dan dikeringkan kembali untuk mengukur suhu dan salinitas untuk botol sampel ke 2 (titik 2)
dan 3 (titik 3).
4.
Setelah
selesai untuk pengukuran CD, alat CD dibilas dan dikeringkan menggunakan tissue
kemudian disimpan.
Pengukuran pH
1.
Kalibrasi
alat PH/ORP dengan cairan yang telah disediakan dengan cara dimasukan ke dalam
botol yang berisi cairan selama beberapa saat.
2.
Menyambungkan
kabel slot alat PH/ORP ke alat slot output PH/ORP, DO, CD/TDS meter dan membuat ke kondisi
normal
3.
Menyiapkan
alat temperatur
4.
Alat
PH yang telah dikalibrasi dan alat temperature dimasukan secara bersamaan ke
dalam botol yang berisi sampel air (titik 1) selama beberapa saat sampai nilai
yang keluar pada alat PH/ORP, DO, CD/TDS
meter terhenti kemudian dicatat.
5.
Alat
PH dan temperature dikeluarkan dari
botol sampel kemudian dibilas menggunakan aquades (dicelupkan) kemudian dikeringkan dan dikalibrasi kembali
untuk mengukur suhu dan DO untuk botol sampel ke 2 (titik 2) dan 3 (titik 3).
Setelah selesai untuk pengukuran PH dan suhu, alat PH
dan temperature dibilas dan dikeringkan menggunakan tissue kemudian disimpan
dan membuang semua botol yang berisi sampel air.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum terdapat di perairan sungai estuari Negeri Poka yang terletak di Desa Poka,
Kecamatan Teluk Ambon Dalam. Perairan pantai Poka ini termasuk perairan semi
tertutup. Substrat pada perairan pantai Poka ini bervariasi yang terdiri dari
substrat berpasir, berlumpur, dan berbatu. Lingkungan pesisir perairan dipenuhi
dengan limbah-limbah rumah tangga dan limbah yang berasal dari buangan PLN, hal tersebut menyebabkan kondisi
perairan tidak bersih sehingga tingkat kekeruhan pun meningkat, sedangkan kondisi cuaca pada saat sampling
lapangan di Poka ini adalah cerah berawan.
3.2 Sedimen Pantai Poka
3.1
Hasil pengamatan
DO, pH, dan Conductivity
Dissolved
Oxyge
Tabel
3. Tabel nilai DO dan Suhu
Titik
pengambilan sampel
|
DO
|
Suhu
|
Botol
1/Titik 1
|
1,2
mg/L
|
29,50C
|
Botol
2/Titik 2
|
2,4
mg/L
|
29,40C
|
Botol
3/Titik 3
|
6,2
mg/L
|
29,10C
|
Grafik 1. Nilai DO dan Suhu
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
nilai Dissolved Oksigen berkisar antara 1,2 mg/L – 6,2 mg/L dengan nilai suhu
rata-rata 29,20C,
dan nilai DO tertinggi berada pada botol 3 hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan titik dilakukannya pengambilan sampel yakni
botol 3 berada langsung di aliran sungai. Sedangkan nilai DO terendah
berada pada sisi kanan dan kiri sungai. Juga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka nilai DO semakin menurun begitupun sebaliknya. Hal ini dapat
disebabkan oleh proses difusi udara ke dalam badan air, dan juga oleh
fotosintesis organisme yang hidup diperairan tersebut. (Eka Dwi. 2013).
pH
Tabel 4. Nilai pH dan suhu
Titik
pengambilan sampel
|
pH
|
Suhu
|
Botol
1/Titik 1
|
7,6
|
29,70C
|
Botol
2/Titik 2
|
6,94
|
29,60C
|
Botol
3/Titik 3
|
7,84
|
29,20C
|
Grafik 2. Nilai pH
dan Suhu
Dari tabel pH diatas dapat dilihat bahwa nilai pH
pada setiap titik pengambilan sampel berbeda yang berkisar antara 6,94 –
7,84 dan mempunyai kisaran suhu yang hampir sama, faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan pH tersubut
dikarenakan adanya perbedaan massa air di setiap pengambilan sampel. Massa air pada titik 1 lebih dipengaruhi oleh genangan
buangan Indusri PLN sedangkan pada titk 2 dipengaruhi langsung oleh aliran
buangan rumahan domestik, dan untuk titik 3 (pH<7 = basa) dipengaruhi
langsung oleh aliran badan air sungai. Faktor lain yang mempengarui perbedaan pH
air sungai yakni proses dekomposisi pada bahan organik yang berada pada air
sungai dan konsentrasi gas-gas dalam air sungai. (laman resistdace. 2017).
Conductivity
Tabel 5. Nilai salinitas dan suhu
Titik
pengambilan sampel
|
Salinitas (ppt)
|
Suhu
|
Botol
1/Titik 1
|
9,34
|
29,950C
|
Botol
2/Titik 2
|
17,43
|
29,10C
|
Botol
3/Titik 3
|
3,72
|
28,70C
|
Grafik 3. Conductivity dan
Suhu
Dari hasil tabel diatas didapatkan
nilai salinitas yang berbeda yang bekisar antara 3,73 – 17,43, dengan kisaran
suhu rata-rata 290C. Nilai salinitas terendah berada pada titik 3 hal ini disebabkan karena
pengambilan sampel berada tepat pada aliran badan sungai pengaruh massa
air tawar,
sedangakan pada titik pengambilan sampel pada titik 1 dipengaruhi oleh genangan pasang surut air laut. Suhu di titik 1
lebih tinggi dibanding suhu di titik 2 dan 3 dikarenakan penaruh langsung oleh lamanya
penyinaran sinar matahari dan tidak dipengaruhi oleh aliran air sungai,
sedangkan pengambilan sampel pada titik 3 cahaya matahari terhambat oleh
vegetasi mangrove menyebabkan suhu lebih rendah dibanding pada titik 1.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Nilai DO
dipengaruhi oleh nilai suhu, dimana semakin tinggi nilai DO maka semakin rendah
nilai suhu di suatuk titik pengamatan sampel
.DO disuatu
perairan dapat dipengaruhi oleh difusi udara ke dalam badan air, dan juga oleh
fotosintesis organisme yang hidup diperairan tersebut.
Terjadinya perbedaan nilai pH tersubut
dikarenakan adanya perbedaan massa air di setiap pengambilan titik sampel, dengan
kandungan pH basa berada pada titik 3 dimana diengaruhi langsung oleh massa
arus air sungai.
pH air sungai
dipengaruhi proses dekomposisi pada bahan organik yang berada pada air sungai
dan konsentrasi gas-gas dalam air sungai.
Nilai salinitas terendah berada pada titik 3 hal ini disebabkan karena
pengambilan sampel berada tepat pada aliran badan sungai pengaruh langsung
massa air tawar, sedangkan pada titik lainnya masih dipengaruhi oleh pasang
surut dan genangan air laut penyebab salinitas lebih tinggi.
Suhu di titik 1 lebih tinggi dibanding suhu di titik 2 dan 3 dikarenakan
penaruh langsung oleh lamanya penyinaran sinar matahari dan tidak dipengaruhi
oleh aliran air sungai, sedangkan pengambilan sampel pada titik 3 cahaya
matahari terhambat oleh vegetasi mangrove menyebabkan suhu lebih rendah
dibanding pada titik 1
4.2. Saran
Saran dari kegiatan praktikum Karakteristik Parameter Kimia Perairan Estuari Di Negeri
Poka, diharapkan
dilakukan penelitian lanjutan, dengan memperbanyak stasiun, sehingga dapat
diketahui parameter kimia perairan
yang lebih banyak dilokasi selanjutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Devindo, Bernas.
2015. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Perairan. Aquatic My Choise.
Laman Web diakses 11 Agustus 2017.
Eka, Dwi. 2013. Pemeriksaan
Kualitas Air (Biological Oxcygen Demand) Sungai Kaligarang, Semarang. Laman Web
di akses 11 Agustus 2017.
Resistdace. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi pH
Pada Air Sungai. Laman Web. di akses 11 Agustus 2017.
EmoticonEmoticon